Jika
UN dihapuskan, lalu apa penggantinya?, sesuatu yang juga dapat dipandang
sebagai tolak ukur keberhasilan pendidikan yang relevan tentunya. Tetapi apa
itu?. Sebelumnya kita telah mengetahui bagaimana fungsi UN sesungguhnya, yaitu
sebagai tolak ukur keberhasilan pendidikan siswa, sekolah dan negara. Namun yang
menjadi permasalahan adalah jika tujuan akhir siswa adalah UN, maka akan
menimbulkan ketidakadilan bagi siswa seperti belajar selama 3 atau 9 tahun
hanya dibayar dengan satu kali melaksanakan UN, bagaimana jika seseorang yang
pintar tiba-tiba sakit selama mengikuti UN sehingga hasil UN tidak maksimal
atau mengecewakan?, sebenarnya masih banyak contoh yang lain dan mungkin anda
(para siswa) bisa mengerti tentang keadaan ini. Selain itu siswa juga terbebani
karena harus “dicekokki” oleh pelajaran sebanyak itu. Jadi, kesannya kita bersekolah
hanya untuk mengejar ijazah. Sekolah pun berlomba-lomba untuk meluluskan anak
didiknya seratus persen dengan berbagai cara. Hasilnyanya, pendidikan pun gagal
dalam berpartisipasi dalam revolusi mental bangsa ini. Sekali lagi ini hanya
pandangan atau pendapat dari kacamata saya saja tentang pendidikan. Pendapat saya,
jika UN dihapuskan mungkin pengganti yang bisa diterapkan adalah dengan
menuntut prestasi nyata dari sekolah-sekolah di Indonesia. Mungkin bisa dengan
menetapkan Kriteria Prestasi Minimal sebagai tolak ukur keberhasilan sekolah. Sehingga
seluruh sekolah akan berlomba-lomba menghasilkan prestasi sebanyak mungkin,
bukan berlomba-lomba untuk meluluskan siswanya sebanyak mungkin dengan
mengkatrol nilai. Karena percuma saja jika lulus dengan otak kosong atau tidak
mengalami transformasi. Dengan sistem seperti ini, siswa pun akan saling berkompetisi
dalam berprestasi, selain itu siswa juga akan dilatih kreativitasnya, daya
ciptanya, dan jiwa-jiwa penelitinya. Karena yang dibutuhkan oleh Indonesia saat
ini adalah KREATIVITAS, kreativitas anak bangsa agar dapat menciptakan sesuatu
dan bukan hanya menerima, memakai sesuatu yang dibuat oleh negara lain dan agar
negara kita lebih maju serta tidak lagi menjadi “pengekor”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar