Sabtu, 31 Desember 2016

Konsep Diri


Konsep diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena seseorang merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam berinteraksi dengan lingkungan (Fitts, 1971 dalam Agustiani, 2009). Ia menjelasakan konsep diri secara fenomenologis, dan mengatakan bahwa ketika individu mempersepsikan dirinya, bereaksi terhadap dirinya, memberikan arti penilaian serta membentuk abstraksi tentang dirinya, berarti ia menunjukkan suatu kesadaran diri (self awareness) dan kemampuan untuk keluar dari dirinya sendiri untuk melihat dirinya seperti yang ia lakukan terhadap dunia di luar dirinya. Cawagas (1983, dalam Pudjijogyanti,1993; Prawoto, 2010) menjelaskan bahwa konsep diri mencakup seluruh pandangan individu akan dimensi fisik, karakteristik pribadi, motivasi, kelemahan, kepandaian, kegagalan, dan lain sebagainya.
Jadi, konsep diri merupakan keseluruhan pandangan mengenai diri individu.
            Secara umum, penilaian tentang konsep diri dibagi menjasi dua bagian, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. Salah satu ciri individu yang memiliki konsep diri positif adalah mampu menerima dan mencintai diri sendiri apa adanya, sedangkan salah satu ciri individu yang memiliki konsep diri yang negatif adalah tidak mampu menerima dan mencintai diri sendiri apa adanya (Rakhmat, 2005 dalam Prawoto, 2010). Selain itu, konsep diri terbentuk atas dua komponen, yaitu komponen kognitif dan kommponen afektif. Komponen kognitif merupakan penjelasan dari “siapa saya” yang akan memberi gambaran tentang dirinya. Komponen afektif merupakan penilaian individu terhadap diri sendiri. Penilaian tersebut akan membentuk penerimaan terhadap diri (self-acceptance) serta harga diri (self-esteem) individu (Pudjijogyanti, 1993 dalam Prawoto, 2010). Dapat disimpulakan bahwa komponen kognitif merupakan data yang bersifat objektif. Sedangkan komponen afektif merupakan data yang bersifat subjektif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar